Junaedi Setiyono lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 16 Desember 1965. Sejak 1997, ia mengajar di alma maternya, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Jawa Tengah.
Setiyono tertarik menulis fiksi sejarah yang berkaitan dengan Perang Jawa (1825-1830). Naskah novel pertamanya, Glonggong, memenangi Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta Tahun 2006. Setelah diterbitkan oleh Serambi pada 2007, novel tersebut menjadi salah satu finalis Khatulistiwa Literary Award tahun 2008. Novel keduanya, Arumdalu yang diterbitkan Serambi pada 2010, masuk menjadi pilihan Khatulistiwa Literary Award tahun 2010. Pada 2012, naskah novel ketiganya, Dasamuka, kembali memenangi Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta, dan kemudian diterbitkan oleh Penerbit Ombak pada 2017. Pada tahun yang sama, novel tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan diterbitkan oleh Dalang Publishing. Pada 2013, Setiyono memperoleh beasiswa ke Ohio State University untuk penelitian disertasinya, sebagai bagian dari penyelesaian doktornya dalam bidang pendidikan bahasa di Universitas Negeri Semarang yang dirampungkannya pada 2016.
Kecintaan Setiyono pada dunia kepenulisan berasal dari dongeng-dongeng rakyat Jawa yang sering dikisahkan oleh ibunya pada saat ia masih kanak-kanak. Dengan menulis, ia berharap bisa membagi keyakinannya bahwa manusia sudah semestinya bebas dari sekat-sekat suku, agama, bangsa, atau golongan. Ia percaya bahwa sastra mampu untuk mempersatukan umat manusia seluruh dunia.
Di samping mengerjakan novel sejarah berikutnya, yang berlatar kerajaan Jawa di Abad ke-12, Setiyono juga mengerjakan penelitian tentang pengajaran Bahasa Inggris yang dapat mendukung pengajaran Bahasa Indonesia di Indonesia.
Setiyono tinggal bersama istrinya, Sari Wahyuni, dan anak-anaknya, Martin Nuh Hanan dan Maryam Mufidah, di Purworejo, Jawa Tengah. Ia dapat dihubungi lewat alamat surelnya: junaedi.setiyono@yahoo.co.id