Tekan tombol untuk:

Ahmad Tohari

Ahmad Tohari, penulis terkenal yang telah memenangkan banyak penghargaan, lahir pada 13 Juni, 1948, di Tinggarjaya, Banyumas, Jawa Tengah. Seorang anak keluarga petani yang besar, Ahmad membawa alam yang beliau cintai kemana pun beliau pergi saat mudanya. Beliau menyuarakan rasa cintanya ini dalam tulisannya yang kebanyakan menceritakan kehidupan di desa dan kebudayaannya.

Ayahnya, seorang Muslim yang taat, mewariskan sikap hidupnya kepada Ahmad Tohari yang menganggap dirinya sebagai seorang penganut Islam yang maju dan terpelajar dan mendukung hukum Syariah sementara hidup damai dengan warga negara lain yang berasal dari keturunan dan kebudayaan yang berbeda.

Ahmad Tohari telah menghasilkan sebelas novel, dua kumpulan cerpen, dan beberapa tulisan sastra yang lain. Beliau menerima Hadiah Sastra Asia Tenggara, dan mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat. Beliau juga dikenal dan dikagumi sebagai wartawan dan penulis tetap untuk Suara Merdeka, surat kabar terkenal di Jawa Tengah, dan majalah Tempo.

Ahmad Tohari terkenal sebagai penulis karangan tigaserangkai, Ronggeng Dukuh Paruk. Karya ini telah diterjemahkan dalam bahasa Belanda, Inggris, German dan Jepang. Cerita novel ini telah difilmkan oleh Shanty Harmain dengan judul Sang Penari. Tohari juga terkenal atas pengetahuannya mengenai seni Jawa. Saat ini beliau tinggal di daerah dekat kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas di mana beliau ikut mengelola sebuah pondok pesantren dan menjadi penasihat Dinas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan setempat. Untuk mendapatkan daftar terbitan karya Ahmad Tohari, silahkan mengunjungi www.ahmadtohari.com.

 

Hayat Indriyatno

Hayat Indrinyatno adalah kepala penyunting harian umum berbahasa Inggris, Jakarta Globe yang terbit di Jakarta. Lahir dan dibesarkan di Tanzania, dan mendapatkan gelar insinyur tekhnik mesin dari University of Natal, Durban, Afrika Selatan. Pada saat umur 24 tahun Hayat memutuskan untuk pindah ke Indonesia, tanah kelahiran ayahnya, dimana keputusannya itu seketika membuatnya tertarik dengan segala sesuatu yang ada di Indonesia.

Secara tak terduga nasib membawanya kepada pekerjaan di harian umum, hingga akhirnya dia mendapat kesempatan menerjemahkan sebuah buku karya penulis pemenang penghargaan Okki Madasari ke dalam bahasa Inggris. Sejak itu Hayat belum kembali melakukan kilas balik perjalanan hidupnya. Hayat penerjemah dari Kei novel pemenang penghargaan karya Erni Aladjai.

 

 

 

 

Choose Site Version
English   Indonesian