Zen Hae, penyair dan kritikus sastra:
Novel ini mendudukkan dirinya di antara serpihan fakta sejarah dan unsur cerita Panji. Dengan kelancaran bercerita yang layak dipujikan, pengarang berhasil mengokohkan satu mitos klasik seorang putra mahkota yang mesti mengalami pertualangan berbahaya dan penuh derita sebelum sepenuhnya menduduki singgasana yang ditakdirkan menjadi haknya. Dia harus mengalami, misalnya, kematian orang tercinta, balas dendam, perang yang tak ada habisnya, nafsu asmara yang meletup-letup hingga terkuaknya penyamaran dirinya. Kita bisa menikmati ketegangan yang dibangun dengan baik dalam novel ini.
==================
Y. Apriasturi Rahayu, pengajar pada Prodi Sastra Jawa, FIB, Universitas Gadjah Mada:
“… Samakah perkara maju ke medan laga untuk mempertaruhkan nyawa dengan perkara maju ke medan judi untuk membertaruhkan keping uang? Perang dan mati tampaknya hal yang remeh-temeh bagi Panji ….” Begitu piawainya Junaedi Setiyono menyisipkan sentilan-sentilan pedas sembari merangkai kisah Tembang dan Perang. Lantunan tembang dengan lembutnya iringan gambang menjadi pemanis petualangan Panji dalam berbagai perang demi kesembuhan luka batinnya. Tembang dan gambang pula yang telah menuntun Panji menemukan “dunia”. Ya, dunia yang tak mungkin didapatkannya dalam kungkungan pagar istana.
==================
Imam Muhtarom, dosen sastra Universitas Singaperbangsa Karawang, dan kurator Borobudur Writers and Cultural Festival:
Kisah Panji dari Janggala dan Dewi Angreni merupakan kisah cinta suci. Cinta adalah penyatuan dua jiwa yang tidak tergantikan. Karena itu, pencarian Panji mencari kematian setelah kematian Dewi Angreni, dengan jalan terus-menerus berperang, terlunta, mengalami jalan hidup yang tak terduga, adalah pencarian makna kesejatian hidup. Perkawinan dengan Dewi Sekartaji di akhir petualangan Panji sesungguhnya buah dari laku olah batin berupa pertemuan kembali dengan Dewi Angreni dalam badan Dewi Sekartaji dari Kadiri.
Gubahan novel dari Junaedi Setiyono tentang kisah cinta abadi dari khazanah budaya Nusantara klasik untuk pembaca sekarang. Selamat membaca!
==================