Tekan tombol untuk:

Tembang dan Perang

Penjelasan Isi Buku

Cerita Panji adalah satu-satunya cerita asli Indonesia yang selain telah menyebar ke seluruh Nusantara, dan menyeberang ke Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, dan Myanmar, juga bertahan sampai ratusan tahun lamanya. Dengan demikian bisa dimaklumi bila terdapat banyak ragam dari Cerita Panji. Unesco sudah mengakui kehebatan cerita Panji. Pada 31 Oktober 2017 Cerita Panji berjudul The Tale of Panji ditetapkan sebagai Memory of the World.

TEMBANG DAN PERANG bermula dari perang saudara yang terjadi setelah Raja Erlangga, yang bertakhta di Kerajaan Medhang pada 1009 M sampai dengan 1042 M dan yang wilayahnya membentang dari ujung timur pulau Jawa sampai dengan sungai Pamali di Brebes, membagi dua kerajaannya menjadi Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kadiri.

Pada saat Jayabaya naik takhta Kerajaan Kadiri pada 1131 M, dia berhasil menundukkan Kerajaan Janggala dan mempersatukan lagi dua kerajaan yang saling bermusuhan itu. Namun pada tahun 1135 M, Jayabaya kembali membagi kerajaannya menjadi dua –wilayah Kadiri yang diberikan kepada putera kedua, Lembu Amerdadu, dan wilayah Janggala yang diberikan kepada putera ketiga, Lembu Amiluhur.

Dalam upayanya merukunkan kedua kerajaan, kedua raja yang bersaudara itu telah bersepakat untuk mengawinkan Sekartaji, puteri mahkota Kerajaan Kadiri, dan Panji Inu Kertapati, putera mahkota Kerajaan Janggala, yang keduanya masih remaja belia.

Sebulan sebelum dikawinkan, Panji jatuh cinta pada Angreni, anak patih Janggala dan mengawininya. Pada saat ayahnya menagih janjinya untuk mengawini Sekartaji, Panji menolak karena dia hanya ingin punya satu istri yaitu Angreni. Baginda Raja Janggala, ayah Panji, murka karena keputusan Panji itu menggagalkan rencananya. Untuk menghindarkan pertumpahan darah antara dua kerajaan yang rajanya bersaudara, Baginda Raja menyuruh Brajanata, kakak Panji dari lain ibu, untuk membunuh Angreni.

Sementara, pada saat pembunuhan terjadi, Panji disuruh pergi menemui bibinya di kediamannya.

Ketika pulang dan mendapati isterinya diculik kakaknya, Panji segera mengumpulkan rombongan untuk mencari Angreni. Sore itu mayat Angreni ditemukan terkubur di pantai di bawah setumpuk kembang angsana.

Mayat Angreni, yang dianggap Panji masih hidup, diajaknya berpesiar dengan perahu. Di tengah laut badai datang, dan rombongan Panji digulung ombak. Pada bencana itu yang selamat hanya seratus orang prajurit dan orang-orang terdekat Panji. Sementara, Panji dan rombongannya dianggap habis ditelan ganasnya lautan.

Panji ingin bisa kembali bersatu dengan istrinya, dan kematian yang dia inginkan adalah kematian bermartabat di medan perang. Panji menyamar sebagai Kelana Jayengsari dan berhasil menaklukkan enam wilayah, termasuk kerajaan dan beberapa kadipaten.

Keberhasilan Panji sebagai penakluk menarik hati Raja Kadiri yang sedang diancam oleh Raja Metaun yang hendak menyerang kerajaannya karena niatnya melamar Sekarjati ditolak. Raja Kadiri dan Panji berhasil mengalahkan Raja Metaun. Panji ditunangkan dengan Sekartaji.

Raja Janggala, yang masih menganggap Sekartaji sebagai calon istri Panji, mempersiapkan diri untuk menyerang Keraton Kadiri. Sebelum perang terjadi, terbukalah tabir bahwa Kelana Jayengsari sejatinya adalah Panji.

Perkawinan Panji dan Sekartaji berhasil menyatukan Janggala dan Kadiri. Panji naik takhta sebagai raja dengan gelar Kameswara pada 1185 M.

 

Keterangan Buku

  • Harga: $22.75
  • Sampul Tipis: 225 halaman
  • Penerbit: P.T. Kanisius
  • Bahasa: Indonesia
  • ISBN: 978-979-21-6371-1
  • Berat: 0.5 kg

 

 

Choose Site Version
English   Indonesian